SUHUF https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/suhuf <p><a title="Akreditasi Suhuf" href="https://drive.google.com/file/d/12b8rghQ2MAkc9RNl0FknzadNHIE3DoC-/view?usp=drivesdk">Sinta 3</a></p> <p align="left">Suhuf Jurnal Pengkajian Al-Qur'an dan Budaya (ISSN 1979-6544; e-ISSN 2548-6942) diterbitkan oleh <strong><a title="Lajnah Pentahihan Mushaf Al-Qur'an" href="http://lajnah.kemenag.go.id" target="_blank" rel="noopener">Lajnah Pentahihan Mushaf Al-Qur'an</a></strong>, Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan SDM Kementerian Agama Republik Indonesia. Pertama kali terbit pada tahun 2008, menyebarluaskan hasil pengkajian dan penelitian mengenai Al-Qur'an, meliputi mushaf, terjemahan, tafsir, <em>rasm</em>, <em>qira'at</em>, serta ilmu-ilmu Al-Qur'an lainnya. Jurnal ini memberikan perhatian khusus terhadap kajian Al-Qur'an di Indonesia dan Asia Tenggara.</p> <p align="left">SUHUF&nbsp;terakreditasi oleh Akreditasi Jurnal Nasional (ARJUNA) No. 177/E/KPT/2024<strong>&nbsp;(<a href="https://drive.google.com/open?id=12b8rghQ2MAkc9RNl0FknzadNHIE3DoC-&amp;usp=drive_fs">Sinta 3</a>)</strong>. Terbit dua kali dalam satu tahun, yaitu pada bulan Juni dan Desember dalam bentuk elektronik dan cetakan. SUHUF mengundang para peneliti, dosen, mahasiswa, dan pemerhati Al-Qur'an untuk menerbitkan tulisannya di sini.&nbsp;</p> en-US <p><a href="https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0" target="_blank" rel="nofollow noopener"><img src="http://i.creativecommons.org/l/by-sa/3.0/88x31.png" alt="License" width="75" height="30"></a></p> <p>© Copyright <strong><a href="https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/" rel="nofollow">CC BY-SA</a></strong></p> jurnalsuhuf@gmail.com (Zainal Arifin Madzkur) jurnalsuhuf@gmail.com (Ahmad Falahudin) Sen, 30 Jun 2025 00:00:00 +0000 OJS 3.1.1.4 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 Narasi Reformisme dalam Tafsir Al-Azhar https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/suhuf/article/view/1176 <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Artikel ini mengkaji penafsiran Hamka dalam <em>Tafsir Al-Azhar</em> mengenai status kematian Nabi Isa, suatu isu yang menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan mufasir dan memiliki implikasi teologis-eskatologis dalam Islam. Berbeda dengan mayoritas tafsir klasik yang menyatakan bahwa Nabi Isa belum wafat, Hamka menafsirkan bahwa Nabi Isa telah meninggal dunia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kepustakaan, menjadikan <em>Tafsir Al-Azhar</em> sebagai sumber primer dan dikontekstualisasikan dengan pemikiran tokoh-tokoh reformis seperti Muhammad ‘Abduh, Rasyid Rida, Ahmad Mustafa Al-Maragiy, dan Mahmud Syaltut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penafsiran Hamka tidak hanya mengacu pada warisan reformisme Islam modern, tetapi juga mencerminkan upaya kreatifnya dalam mengembangkan tafsir kontekstual. Hal ini terlihat dari tiga strategi yang ia gunakan: membedakan posisinya dari Ahmadiyah meski sama-sama meyakini kewafatan Isa, mengutip Injil sebagai bantahan terhadap teologi Kristen, serta memasukkan konteks sosial-keagamaan Indonesia sebagai bagian dari konstruksi makna. Tafsir ini menunjukkan bahwa Hamka memosisikan tafsir sebagai instrumen pemurnian akidah dan pembebasan umat dari pemahaman keagamaan yang dianggap tidak produktif.</p> Sirajuddin Bariqi ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/suhuf/article/view/1176 Jum, 13 Jun 2025 00:00:00 +0000 Mengembangkan Tafsir Maqasidiy dari Maqasid Al-Qur’an https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/suhuf/article/view/1286 <p>Reformasi pendidikan Islam dilakukan dengan mewacanakan tafsir tarbawi. Namun, tafsir tarbawi selama ini memiliki problem ontologis ditulis oleh kesarjanaan pendidikan, problem metodologis dengan model tafsir tematik ringkas serta problem aksiologi berupa hasil penafsiran yang cenderung konseptual, tidak memberikan jawaban aktual atas problematika pendidikan. Selain itu, tafsir <em>maqasidiy</em> dari <em>maqasid asy-syariah</em> memiliki problem fundamental diambil dari gagasan <em>usuliyun</em> serta keterbatasan penafsiran hanya digunakan pada ayat hukum. Perlu melakukan pengembangan penafsiran ke arah tafsir tarbawi progresif dengan mewacanakan tafsir <em>maqasidiy</em> dari <em>maqasid Al-Qur’an</em>. Artikel ini mengajukan pertanyaan: bagaimana pengembangan tafsir <em>maqasidiy</em> dari <em>maqasid Al-Qur’an</em>? Bagaimana tafsir tarbawi progresif atas Surah Al-‘Alaq (96): 1-5? Bagaimana signifikansi penafsiran? Artikel ini menyimpulkan bahwa tafsir <em>maqasidiy</em> dari <em>maqasid Al-Qur’an</em> menjadi pengembangan metodologi tafsir yang dibangun dari delapan dasar filosofis diturunkan Al-Qur’an: meluruskan akidah, memperbaiki akhlak, menjelaskan hukum, memberi teladan, menginspirasi dan mengawal pendidikan, memberikan pelajaran yang baik, menata sosial dan membuktikan mukjizat. <em>Maqasid Al-Qur’an</em> menjadi landasan filosofis mufasir dalam mengembangkan makna dalam konteks aktual. Tafsir tarbawi progresif atas Surah Al-‘Alaq (96): 1-5 antara lain: kesatuan kesadaran intelektual dan kesadaran transendental, menginspirasikan kesadaran asal dan keberkahan, menjadi landasan optimis, mengajarkan kesadaran literasi, dan mengajarkan kerendahan diri. Signifikansi tafsirnya meneguhkan Islam sebagai agama yang menginspirasi pendidikan sebagai rahmat bagi manusia dan kehidupan.</p> Syamsul Wathani ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/suhuf/article/view/1286 Jum, 20 Jun 2025 00:00:00 +0000 Jejak Tafsir Parateksual di Indonesia https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/suhuf/article/view/1299 <p>Artikel ini mengkaji interpolasi Al-Wahidiy dan Al-Ijiy yang dikutip dalam naskah <em>Jalalain</em> koleksi Museum Masjid Agung Jawa Tengah. Keberadaan kutipan interpolasi dari dua teks tafsir ini merefleksikan tradisi tafsir paratekstual. Studi ini memakai pendekatan kajian kodikologi dan analisis parateks untuk memberikan interpretasi atas kehadiran kutipan tersebut sekaligus mengetahui tradisi kemanuskripan naskah <em>Jalalain</em> di&nbsp; masa lalu. Hasil dari kajian mendapati bahwa masing-masing interpolasi Al-Wahidiy dan Al-Ijiy dikutip dalam konteks permasalahan yang berbeda serta dalam distribusi yang teratur. Penyalin naskah dalam pengutipannya juga tidak bertindak ‘polos’, melainkan melibatkan proses pemahaman dan pemaknaan. Respons tersebut terlihat dari adanya perbedaan antara kutipan yang diberikan dengan teks asli yang ditulis oleh pengarang berupa penambahan dan atau pengurangan yang signifikan. Terlepas dari keberadaan kutipan tersebut, sumber yang digunakan oleh penyalin belum diketahui secara pasti mengingat nihilnya informasi yang menjelaskan peredaran teks Al-Wahidiy dan Al-Ijiy di masa lalu.</p> Nor Lutfi Fais, Kun Khoiro Umam Al Muafa, Egi Tanadi Taufik ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/suhuf/article/view/1299 Sen, 30 Jun 2025 00:00:00 +0000 Heterogenitas Ulumul Qur’an dalam Manuskrip Mushaf Al-Qur’an https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/suhuf/article/view/1174 <p>Penelitian ini membahas tentang adanya heterogenitas <em>ulumul qur’an</em> dalam mushaf kuno yang tersimpan di Masjid Agung Keraton Surakarta, yakni pada penggunaan aspek <em>rasm</em> dan <em>qira’at</em>. Mushaf tersebut merupakan koleksi Sinuhun Pakubuwana X yang ditulis oleh Sayyid Ibrahim bin ‘Abdullah al-Jufri pada pertengahan abad ke-19 M. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode kajian kepustakaan (<em>library research</em>). Adapun metode pengumpulan data yang diaplikasikan adalah dengan metode observasi, dokumentasi, wawancara, dan digitalisasi, sementara analisis data yang dipakai adalah dengan metode deskriptif-analitif. Melalui tulisan ini kemudian dapat diketahui bahwa mushaf tersebut menggunakan dua <em>rasm</em>, yakni <em>rasm usmani</em> dan <em>imla‘i</em>, sementara di Indonesia lebih lumrah menggunakan hanya <em>rasm usmani</em>. Fenomena ini memiliki kesamaan dengan beberapa hasil temuan lainnya yang dilakukan oleh sejumlah peneliti, namun hal tersebut terdapat pada beberapa mushaf seperti di Klaten, Bali, Bonjol dan Payakumbuh, serta Subang. Sementara dari aspek <em>qira’at</em>, mushaf tersebut mencampurkan model bacaan Imam Nafi’ dengan rawi Qalun, Imam Abu ‘Amr rawi ad-Durri, dan Imam ‘Asim rawi Ḥafs, sedangkan dalam tradisi bacaan Al-Qur’an di Indonesia lebih lazim menggunakan model bacaan ketiga.</p> Muhamad Khabib Imdad ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/suhuf/article/view/1174 Sen, 30 Jun 2025 00:00:00 +0000 Interpretasi Tauhid dalam Surah Al-Ikhlas dan Perannya sebagai Kerangka Nilai Utama dalam Mewujudkan Kesetaraan Gender https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/suhuf/article/view/1285 <p>Diskriminasi gender dalam banyak masyarakat Muslim kerap dipertahankan oleh norma budaya patriarkat dan pendekatan tekstualis terhadap Al-Qur'an yang mengabaikan prinsip-prinsip etis dan egaliter yang terkandung di dalamnya. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana konsep <em>tauhid</em> dalam surah Al-Ikhlas dapat berfungsi sebagai dasar teologis sekaligus etis untuk menantang struktur patriarki dan mendorong keadilan gender. Dengan menggunakan metode kualitatif berbasis studi pustaka, kajian ini mengadopsi pendekatan <em>Living Qur’an</em> dan hermeneutika gender Amina Wadud. Sumber primer dan sekunder—termasuk tafsir klasik seperti Ibn Kasir, tafsir kontemporer seperti Quraish Shihab dan Amina Wadud, serta literatur ilmiah tentang keadilan gender—menjadi rujukan utama dalam analisis ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa <em>tauhid</em>, selain menegaskan keesaan Tuhan, juga memuat nilai-nilai anti-hierarkis dan egaliter yang menolak segala bentuk dominasi manusia atas sesamanya, termasuk superioritas laki-laki atas perempuan. Melalui interpretasi kontekstual dan sosiologis, surah Al-Ikhlas menampilkan <em>tauhid</em> sebagai imperatif moral untuk membangun relasi gender yang adil dan setara. Studi ini memberikan kontribusi terhadap kajian tafsir kontemporer dengan menawarkan pembacaan teologis yang responsif gender dan berakar pada paradigma <em>Living Qur’an</em>.</p> Himmah Aliyah, Intihaul Fudola; Habil Abyad; Faisal Mahmoud Adam Ibrahim ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/suhuf/article/view/1285 Jum, 27 Jun 2025 00:00:00 +0000 Memahami Ragam Qiraat dalam Surah Al- Ma'idah dan Implikasi Maknanya https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/suhuf/article/view/1183 <p>Tulisan ini bertujuan untuk memahami ragam <em>qiraat </em>yang terdapat dalam surah Al-Ma’idah dan implikasi penafsirannya dalam kitab <em>Tafsir 10 Qiraat dan Tadabbur Surah Al Maidah</em> karya Saiful Islam Mubarak. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif berbasis studi pustaka, dengan <em>Tafsir 10</em> <em>Qiraat</em> sebagai sumber primer dan literatur pendukung sebagai data sekunder. Analisis data dilakukan melalui kondensasi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Hasilnya, ditemukan 24 ayat surah Al-Maidah yang memuat variasi <em>qiraat</em> dalam <em>Tafsir 10</em> <em>Qiraat</em>. Mubarak menjelaskan setiap variasi bacaan, imam dan rawi yang membacanya, serta implikasi makna dalam tafsirnya. Dari 24 ayat tersebut, tujuh ayat menunjukkan perbedaan harakat tanpa perubahan makna atau tulisan, tujuh ayat lainnya memiliki perbedaan harakat dan makna tanpa mengubah bentuk tulisan, dan enam ayat memiliki perbedaan huruf dan makna namun dengan <em>rasm</em> yang sama. Sementara tiga ayat sisanya mengalami perbedaan dalam huruf, tulisan, dan makna. Refleksi dari temuan ini menegaskan pentingnya tafsir berbasis <em>qiraat </em>sebagai pendekatan yang memperkaya pemahaman ayat dan membuka ruang bagi pengembangan tafsir kontekstual oleh ulama Nusantara.</p> Siti Nur Ismah, Nur Laili Nabilah Nazahah Najiyah, Fathinatuzzayyan Al Kamilah ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/suhuf/article/view/1183 Kam, 26 Jun 2025 00:00:00 +0000 Rekonstruksi Kaidah Penulisan Hamzah https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/suhuf/article/view/1369 <p>Fokus utama kajian ini merekonstruksi atau penyusunan kembali penulisan hamzah dalam Mushaf Standar Indonesia. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian pustaka (<em>library research</em>). Kesimpulan tulisan ini menjelaskan bahwa terdapat ketidaksesuaian dan inkonsistensi penulisan rasm dan tanda baca (<em>dabt</em>) hamzah dalam Mushaf Standar Indonesia dengan kaidah penulisan hamzah perspektif Ad-Daniy dan Abu Dawud. Dalam penulisan rasm hamzah, ditemukan tujuh lafaz yang tersebar di sepuluh tempat. Adapun dalam penulisan tanda baca (<em>dabt</em>) hamzah, ditemukan 15 lafaz yang tersebar di 20 tempat. Kesimpulan tersebut diperoleh dengan cara menganalisis teori penulisan hamzah dalam rasm <em>‘usmaniy</em> melalui analisis data kualitatif, yakni&nbsp; dengan menganalisis kaidah penulisan hamzah pada kitab-kitab dan buku-buku atau jurnal yang relevan dengan ilmu rasm <em>‘usmaniy</em>, serta kajian diakritik (<em>dabt</em>) mushaf Al-Qur’an klasik dan kontemporer.</p> Deni Hudaeny, Naira Kamila Hudaini ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/suhuf/article/view/1369 Kam, 26 Jun 2025 00:00:00 +0000 Formulasi Kajian Tafsir Nusantara https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/suhuf/article/view/1311 <p>Artikel ini menghadirkan formulasi Kajian Tafsir Nusantara (KTN) dengan memosisikan khazanah ulama Nusantara sebagai karya yang berbeda, khas dan unik, sekaligus menjadikan kajian atasnya bersifat apresiatif. Upaya ini berdasarkan argumentasi bahwa kehadiran KTN menjadi sarana pengkaji belajar dari karya ulama Nusantara. Oleh karena itu, pengkaji (semestinya) menjadikan karya ulama Nusantara sebagai basis pengembangan keilmuan kajian tafsir. Untuk itu, artikel ini menerapkan paradigma Islam Nusantara dalam mengurai KTN, yang darinya mengungkap beberapa aspek penting pada khazanah tafsir Nusantara. Aspek-aspek tersebut di antaranya aksara-bahasa, penyajian tafsir, metodologis, pemaknaan, dan lainnya. Dari sini, artikel ini mengungkap bahwa dengan memegang prinsip berbeda dan apresiatif, formulasi KTN di sini mengajak para pengkaji lebih kreatif membaca karya-karya ulama Nusantara. Cara baca yang kreatif berarti tidak membiarkan diri terkekang oleh teori, metode maupun paradigma yang telah ada, tetapi pengkaji secara bebas-leluasa berkreasi menunjukkan kontribusi-kontribusi khazanah tafsir Nusantara.</p> Muhammad Alwi HS, Asmullah Asmullah, Ahmad Nurkholis ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/suhuf/article/view/1311 Sen, 30 Jun 2025 00:00:00 +0000 Interpretasi Hamka dan M. Quraish Shihab tentang Ilustrasi Surga https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/suhuf/article/view/1225 <p><em>Motivasi penelitian ini muncul dari pengamatan bahwa banyak mufassir yang masih menafsirkan ayat-ayat yang mengilustrasikan surga hanya sebatas perumpamaan, tanpa mengkontekstua­lisasikannya dengan realitas sosial. Oleh karena itu, penelitian ini dirasa perlu untuk dilakukan, khususnya dengan mengkaji penafsiran dua mufasir Indonesia dari generasi yang berbeda: Hamka (seorang mubaligh) dan Muhammad Quraish Shihab (seorang akademisi). Penelitian ini merupakan studi kepustakaan dengan menggunakan metode deskriptif-analisis. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa baik Hamka maupun Shihab berusaha untuk mengkonteks­tualisasikan penafsiran ayat-ayat yang menggambarkan surga, membumikannya ke dalam realitas dan membuatnya relevan dengan konteks kontemporer. Namun, Hamka dan Shihab menunjukkan ciri-ciri dan karakteristik yang berbeda dalam pendekatan penafsiran dan konstruksi narasi mereka. Perbedaan ini terutama disebabkan oleh keterlibatan aktif Hamka dalam dunia dakwah, sedangkan Shihab bekerja dalam kerangka akademis. Penafsiran ayat-ayat yang menggambarkan surga oleh Hamka dan Shihab sangat aplikatif dan kontekstual, sehingga relevan dengan konteks sosial-budaya. Dengan demikian, narasi yang dibangun oleh Hamka dan Shihab membuat nuansa abstrak dan metafisis dari ayat-ayat tersebut menjadi lebih mudah diakses dan dipahami oleh publik. Sebagai tawaran; perlu membuat kerangka tafsir atas ayat-ayat metafsis yang berbasis identitas kenusantaraan sehingga bisa mudah dipahami oleh audien, khususnya masyarakat Indonesia.</em></p> Wendi Parwanto, AbdulGafar Olawale Fahm, Goolam Hussein Rassool, Muhammad Nur Khaliq ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/suhuf/article/view/1225 Sen, 30 Jun 2025 00:00:00 +0000